1.1 Latar Belakang keaksaraaan fungsional
Salah satu program pendidikan dalam masyarakat yang paling efektif dilakukan adalah program pemberantasan buta aksara. Bagi mereka yang telah tidak lagi buta aksara, putus sekolah atau tamat sekolah tetapi tidak melanjutkan, perlu disediakan suatu program agar dapat meningkatkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan memperluas wawasan sebagai bekal untuk mengembangkan diri, bekerja, atau berusaha secara mandiri. Keberadaan program pemberantasan buta aksara sangat penting sebagai sarana belajar masyarakat. Dengan demikian, sebagai sarana yang diharapkan dapat menjadi pembina dalam kegiatan pemberantasan buta aksara dan dapat memanfaatkan makalah ini sebagai sumber yang baik.
Keaksaraan merupakan keadaan mengenai aksara yang meliputi membaca, menulis, berhitung, dan berkomunikasi secara fungsional yang memungkinkan seseorang untuk secara terus-menerus mengembangkan kompetensinya sehingga dapat meningkatkan mutu dan taraf kehidupannya. Sementara itu, yang dimaksud dengan pendidikan keaksaraan adalah usaha untuk membimbing dan dan membelajarkan pengetahuan mengenai keaksaraan agar bermanfaat bagi dirinya. Permasalahan yang saat ini terjadi di Indonesia adalah tingginya tingkat warga buta aksara yang disebabkan oleh kurangnya kesempatan belajar yang dapat diperoleh karena tingkat kemiskinan yang cukup tinggi, sehingga warga tidak mampu memfasilitasi dirinya untuk belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tingkat Keaksaraan Fungsional
Kegiatan pembelajaran untuk warga belajar dilakukan juga seperti kegiatan pembelajaran sekolah formal. Artinya, kegiatan pembelajarannya mengacu pada standar kompetensi keaksaraan. Standar kompetensi keaksaraan fungsional dikembangkan berdasarkan level atau tingkat kompetensi keaksaraan yang ingin dicapai oleh warga belajar.
Tingkat keaksaraan tersebut adalah:
1. Tingkat Keaksaraan Dasar
Ciri-ciri warga belajar pada tingkat keaksaraan dasar adalah mereka yang belum mengenal semua huruf, belum bisa merangkai kata dengan lancar, dan belum mengerti arti sebuah kalimat dengan jelas. Meskipun mereka belum bisa menulis, membaca, atau berhitung, tetapi mereka sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
2. Tingkat Keaksaraan Lanjutan
Pada tingkat ini, mereka biasanya sudah dapat membaca dan menulis sederhana, tetapi masih belum lancar. Walaupun mereka sudah memiliki pengetahuan, mereka belum memiliki semua kemampuan fungsional yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut karena mereka biasanya jarang menggunakan keterampilan membaca, menulis, dan berhitung dalam kehidupan sehari-harinya.
3. Tingkat Keaksaraan Mandiri
Pada tingkat ini, warga belajar diharapkan sudah mempunyai sikap untuk terus belajar secara mandiri. Mereka juga diharapkan dapat memecahkan masalah keaksaraan yang dihadapi dan mencari informasi serta narasumber sendiri. Untuk mengembangkan kemampuan tersebut, warga belajar perlu diberikan kesempatan untuk menganalisis, memecahkan masalah, dan mencari informasi dan narasumber dari lembaga desa atau instansi pemerintah yang ada.
2.2 Prinsip Pembelajaran Keaksaraan Fungsional
Pendekatan yang digunakan dalam keaksaraan fungsional mempunyai empat prinsip utama, yaitu:
1. Konteks Lokal
Pembelajaran keaksaraan fungsional ini dikembangkan berdasarkan konteks local. Artinya, kegiatannya mengacu pada konteks sosial local dan kebutuhan khusus dari setiap warga belajar dan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan alasan tersebut, pendidik dan warga belajar perlu mengobservasi lingkungan sekitar mereka. Tujuannya adalah untuk mencari dan mengumpulkan informasi tentang potensi, masalah-masalah, dan sumber-sumber pemecahannya sesuai dengan situasi, kondisi, dan pekerjaan warga belajar.
2. Desain Lokal
Pendidik dan warga belajar perlu merancang sendiri kegiatan belajarnya di kelompok belajar berdasarkan minat, kebutuhan, masalah, kenyataan, dan potensi setempat. Rancangan kegiatan belajarnya (kurikulum) harus fleksibel, mudah dimodifikasi, diganti, dan ditambah sehingga sesuai dengan minat, kebutuhan, kesepakatan, situasi dan kondisi warga belajar.
3. Proses Partisipatif
Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pemberantasan buta aksara dengan menggunakan pendekatan keaksaraan fungsional harus dilakukan berdasarkan strategi partisipasif. Oleh sebab itu, tutor perlu melibatkan warga belajar secara aktif dalam setiap tahap kegiatan pembelajaran di kelompok belajar.
2.3 Tolak Ukur Keberhasilan Pembelajaran Keaksaraan Fungsional
Program keaksaraan fungsional bertujuan untuk membantu warga belajar mengembangkan kemampuan fungsional yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan tujuan tersebut, maka kemampuan minimal yang menjadi tolak ukur keberhasilannya, meliputi hal-hal berikut ini.
1. Kemampuan Fungsional untuk Keperluan Individu
Kemampuan fungsional ini berkaitan mendukung keperluan pribadi, seperti:
a. Membaca dan menulis nama dan alamat,
b. Menggunakan buku telepon,
c. Menulis kuitansi,
d. Mengisi formulir,
e. Meningkatkan kemampuan tulisan tangan, dll.
2. Kemampuan Fungsional untuk Membantu Anak-anaknya
Kemampuan fungsional ini berkaitan dengan keperluan membantu anak-anaknya, seperti:
a. Membacakan suatu bahan bacaan sederhana kepada anak-anak/cucu,
b. Membantu pekerjaan rumah (PR) anak-anaknya,
c. Menuliskan surat untuk keperluan sekolah anak-anaknya,
d. Berpartisipasi di sekolah yang berhubungan dengan pertemuan-pertemuan dan acara lainnya,
e. Membaca dan menulis catatan/surat dari dan untuk sekolah.
3. Kemampuan Fungsional untuk Aktualisasi Diri
Kemampuan membaca dan menulis fungsional yang harus dikuasai setiap warga belajar, antara lain:
a. Membaca buku hiburan (petualangan, misteri, roman, sejarah, dan buku-buku tentang masyarakat),
b. Membaca buku-buku untuk mendapatkan informasi (kisah nyata, pekerjaan, anak-anak, kesehatan, agama, hobi, dll),
c. Menulis untuk keperluan diri sendiri (seperti catatan harian, pengalaman diri, nasihat, pendapat, laporan yang pernah dibacanya, riwayat hidup, cerita-cerita, sajak, syair lagu)
4. Kemampuan Fungsional Berkaitan dengan Pekerjaan
Bahan belajar yang dapat dimanfaatkan berkaitan dengan pekerjaan, misalnya:
a. Bahan bacaan untuk meningkatkan pekerjaannya atau untuk membuka usaha,
b. Membaca dan menulis catatan-catatan atau surat dari dan atau ke relasi kerja,
c. Membaca atau menulis laporan pekerjaan, tabel, pengumuman,
d. Mengisi lembar permohonan, buku tabungan, kuitansi, nota pembelian, kartu kebutuhan belajar,
e. Partisipasi di dalam pertemuan yang berhubungan dengan pekerjaan, catat-mencatat.
5. Kemampuan Fungsional Berkaitan dengan Sosial Kemasyarakatan
Kemampuan fungsional ini berkaitan dengan aktifitas sosial kemasyarakatan, seperti:
a. Membuat permohonan KTP,
b. Membaca persetujuan/kontrak,
c. Permohonan kartu perpustakaan,
d. Ikut serta dalam pertemuan masyarakat/pertemuan agama,
e. Ikut serta dalam kelompok untuk memecahkan masalah.
6. Kemampuan Fungsional Berkaitan dengan Pendidikan
Kemampuan fungsional ini, misalnya dilihat dari aktifitas warga belajar dalam kegiatan:
a. Menghadiri program khusus/penyuluhan,
b. Menghadiri pertemuan, guna mempelajari sesuatu yang baru (hobi, peningkatan diri), dan
c. Mengikuti tes sehubungan dengan pekerjaan.
7. Kemampuan Fungsional Berkaitan dengan Pengelolaan Kelompok Belajar
Beberapa contoh perkiraan hasil program keaksaraan fungsional ini, di antaranya warga belajar dapat:
a. Membuat rencana dan kesepakatan belajar,
b. Menulis catatan harian tentang kegiatan yang dilakukan,
c. Membuat pembukuan dan mengelola dana belajar,
d. Menulis laporan sederhana,
e. Mengikuti program kelompok belajar usaha (KBU),
f. Menulis proposal untuk memperoleh dana, bahan, atau narasumber dari instansi lain,
g. Menulis berbagai formulir sederhana, seperti membuka rekening di bank, mengirim uang melalui kantor pos,
h. Melaksanakan kegiatan-kegiatan usaha keterampilan.
2.4 Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Di Kelompok Belajar Dan Strategi Pembelajaran Keaksaraan Fungsional
Efektifitas kegiatan belajar sangat bergantung pada kemampuan pendidik dalam mengorganisasi dan membimbing warga belajar dalam kegiatan belajarnya. Pengalaman menunjukkan bahwa kegiatan menulis perlu didahulukan daripada kegiatan membaca. Karena melalui kegiatan belajar menulis, warga belajar sedikit demi sedikit langsung belajar membaca. Sebaliknya, apabila mereka didahulukan belajar membaca, maka cenderung kurang terampil dalam hal menulis.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan tutor dalam membelajarkan warga belajar adalah sebagai berikut:
a. Tanyakanlah perasaan warga belajar dan materi apa yang akan dipelajari pada hari itu.
b. Mintalah warga belajar mengemukakan ide/gagasan, perasaan, pengalaman, atau masalah yang dihadapinya.
c. Mintalah warga belajar berdiskusi tentang salah satu topik untuk dibuat kesepakatan bersama.
d. Apabila telah disepakati, buatlah tabel kosong, peta buta, atau kalender kegiatan dan mintalah semua warga belajar untuk mengisi tabel, peta, atau kalender kegiatan tersebut.
e. Jika topik yang dipilih adalah mengenai kegiatan sehari-hari, pengalaman, atau tentang perasaan warga belajar, maka mintalah warga belajar yang bersangkutan untuk mengemukakan dan menceritakan kembali, sedangkan warga belajar yang lainnya menanggapi.
f. Mintalah warga belajar yang menuliskan topik belajar tersebut untuk membacanya.
g. Kemudian, mintalah kepada semua warga belajar membaca hasil tulisan tersebut, baik secara bersama-sama maupun bergiliran.
h. Mintalah mereka untuk mendiskusikan judul atau tema tulisan di atas, kemudian membuat kesepakatan judul/tema.
i. Mintalah kepada warga belajar untuk mengkritisi dan memperbaiki ide/gagasan, ejaan, dan tanda baca.
j. Mintalah warga belajar menulis pada buku masing-masing.
Untuk memperjelas langkah-langkah kegiatan tersebut, berikut ini dikemukakan contoh-contoh pembelajaran.
2. Strategi Pembelajaran Membaca
1) Prinsip-prinsip Membaca
Biasanya warga belajar sudah mempunyai kemampuan mengenal dan mengucapkan huruf atau kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, mereka belum mengerti betul bahwa kata-kata tersebut terdiri dari beberapa suku kata atau huruf.
Misalnya:
a. Nama sendiri, anak-anaknya, anggota keluarga, dan lainnya.
b. Alamat/tempat tinggal di desa/kampong, kecamatan, kabupaten.
Kemampuan mengucapkan dan menghafal kata-kata, biasanya tidak selalu beriringan dengan kemampuan membacanya. Ajarkanlah keterampilan membaca sesuai dengan kebutuhan warga belajar dengan bahan bacaan yang sederhana.
Keterampilan membaca perlu selalu diajarkan bersamaan dengan kegiatan fungsional warga belajar. Misalnya, tentang:
a. Cita-cita/keinginan anaknya.
b. Resep:
Masakan Membaca dan membuat
Pengobatan Membaca dan membuat
c. Membuat kamus sederhana.
Pergunakan alat-alat/sarana yang ada dan dimiliki warga belajar sebagai alat bantu belajar. Pergunakan selalu media belajar yang ada seperti Radio dan TV sehingga bisa dijadikan bahan belajar pendukung.
2) Cara Memilih Bahan Bacaan
a. Sumber bahan bacaan
Berikan bahan bacaan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan, serta yang biasa digunakan warga belajar dalam kehidupan sehari-harinya. Sumber bahan bacaan dapat diperoleh dari:
a) Lembaga/Instansi/Perorangan
(1) Taman Bacaan Masyarakat (TBM)/perpustakaan,
(2) Perorangan,
(3) Instansi/kantor, balai desa, organisasi, lembaga kursus.
b) Bentuk bahan bacaan, dapat berupa: buku, Koran, majalah, leaflet, iklan, poster, dan formulir.
c) Narasumber dapat diperoleh dengan cara:
(1) Mewawancarai seseorang mengenai pengetahuan atau keterampilan yang dimilikinya,
(2) Meminta tulisan mengenai pengetahuan atau keterampilan yang dimiliinya.
d) Tutor atau warga belajar dapat membuat sendiri bahan bacaan keaksaraan. Hal yang harus diperhatikan di antaranya:
(1) Gunakanlah kata-kata yang sudah dikenal oleh warga belajar,
(2) Gunakanlah kalimat-kalimat pendek dan sederhana,
(3) Sertakan juga gambar sederhana yang sesuai dengan kehidupan warga belajar, bentuknya dapat berupa simbol atau lambing yang mudah dikenal, lembaran bergambar, guntingan Koran/majalah.
e) Warga belajar dapat menghasilkan bahan bacaan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya sendiri.
b. Memilih bahan bacaan
Hal yang harus diperhatikan untuk warga belajar pemula, di antaranya:
a) Isi bacaan harus yang mudah dipahami oleh warga belajar,
b) Menggunakan banyak gambar daripada tulisan,
c) Ukuran dan bentuk bahan bacaan mudah digunakan warga belajar,
d) Bentuk dan ukuran huruf sesuai dengan kemampuan warga belajar.
c. Menyederhanakan bahan bacaan
Jika isi kalimat, istilah, dan gambar yang terdapat dalam bahan bacaan tidak sesuai dengan tingkat keaksaraan warga belajar, seorang tutor perlu menyederhanakannya dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a) Buatlah rangkuman yang berisi butir-butir penting dari isi bacaan,
b) Bacakanlah dan jelaskanlah isi rangkuman tersebut,
c) Mintalah warga belajar mengungkapkan pokok-pokok isi bahan bacaan menurut bahasanya sendiri,
d) Pilihlah kata-kata kunci/kata yang dianggap paling penting,
e) Mintalah warga belajar untuk menulis kalimat pendek dengan struktur sederhana.
3) Cara Membantu Warga Belajar Buta Huruf Murni melalui Pendekatan Pengalaman Berbahasa (PPB)
Dalam satu kelompok belajar, biasanya ada sebagian warga belajar yang benar-benar buta huruf murni. Mereka dulu tidak berkesempatan untuk sekolah, atau mungkin DO SD kelas I. Kemudian, mereka tidak pernah menggunakan kemampuan baca, tulis, dan hitungnya dalam waktu yang cukup lama sehingga mereka buta aksara kembali. Untuk membantu warga belajar buta huruf murni tersebut, tutor dapat membelajarkan mereka melalui teknik Pendekatan Pengalaman Berbahasa (PPB).
4) Cara Membantu Warga Belajar Membaca
a. Kegiatan Pembelajaran
a) Mulailah dengan informasi yang berasal dari warga belajar yang sudah mempunyai kemampuan mengenal huruf dan kata.
b) Biasakan menggunakan kata-kata yang sudah dikenal dalam kehidupan sehari-hari warga belajar, seperti:
(1) Nama sendiri, anak-anaknya, anggota keluarga, dan lainnya.
(2) Alamat/tempat tinggal di desa/kampong, kecamatan, kabupaten.
b. Langkah-langkah Pembelajaran
Mulailah selalu mendiskusikan ide secara lengkap, kemudian membelajarkan dan mengenalkan warga belajar dimulai dari satu kalimat, kata, dan huruf.
c. Mengingat huruf
Meminta warga belajar membawa benda atau kata, dan mencari huruf pertama yang sesuai untuk nama benda/kata tersebut pada Poster Abjad.
d. Belajar Kata (Bahasa Indonesia/Bahasa Ibu)
Membantu warga belajar membuat kamus sendiri untuk menulis kata-kata baru, tutor mengarahkan dan memastikan apakah warga belajar dapat menemukan kata yang sejenis? Selanjutnya, warga belajar dapat membuka dan melihatnya di kamus pribadinya.
e. Membaca Lancar
Menggunakan berbagai variasi untuk membaca bersama-sama:
a) Tutor membaca, sedangkan warga belajar mengikuti dan menirukan.
b) Satu-satu: masing-masing warga belajar membaca satu kalimat.
c) Bersama: semua warga belajar membaca bersama-sama.
f. Menjelaskan/Mengartikan gambar/informasi pada warga belajar
a) Memperlihatkan gambar dan mendiskusikan isi/informasinya.
b) Pada saat membaca teks, berhenti sebentar untuk mendiskusikan artinya dengan warga belajar.
c) Setelah membaca mintalah warga belajar membuat kesimpulan tentang informasi dimaksud dengan kata-katanya sendiri.
d) Setelah membaca, mintalah warga belajar untuk menulis tanggapan/respon tentang isi informasi tersebut.
g. Mencari Bahan Bacaan
Pergi bersama-sama dengan warga belajar ke Taman Bacaan Masyarakat/perpustakaan untuk meminjam bahan bacaan. Mintalah warga belajar untuk mencari bahan bacaan dari instansi dan tempat lain yang menyediakan bahan bacaan.
h. Membuat Catatan
Selanjutnya, warga belajar menyalin atau membuat catatan mengenai isi bahan bacaan yang dibacanya.
Program Keaksaraan Fungsional pada dasarnya memiliki tujuan, yaitu:
1. Meningkatkan keterampilan membaca, menulis, berhitung, dan juga keterampilan berbicara, berpikir, mendengar, dan berbuat.
2. Memecahkan masalah kehidupan warga belajar melalui kebiasaannya dalam membaca, menulis, berhitung, dan berbuat.
3. Meningkatkan keberanian warga masyarakat untuk berhubungan dengan lembaga yang berkaitan dengan kebutuhan belajarnya.
4. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pembaharuan agar dapat berpartisipasi dalam perubahan sosial, ekonomi dan kebudayaan di masyarakat.
5. Meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui keterampilan dan kebudayaan di masyarakat.