Berikut Khutbah Jum'at tentang Syukur dan Sabar
Khutbah I
الْحَمْدُللهِ
الْقَوِيّ سُلْطَانُهْ. اَلْوَاضِحِ بُرْهَانُهْ. اَلْمَبْسُوْطِ فِى
الْوُجُوْدِ كَرَمُهُ وَاِحْسَانُهْ. تَعَالَى مَجْدُهُ وَعَظُمَ شَانُهْ.
خَلَقَ الْخَلْقَ لِحِكْمَهْ. وَطَوَى عَلَيْهَاعِلْمَهْ. وَبَسَطَ لَهُمْ
مِنْ فَائِضِ الْمِنّةِ مَاجَرَتْ بِهِ فِى اَقْدارِهِ الْقِسْمَهْ.
أَشْهَدُ
أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَه.
اَللّٰهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ.
اَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
قَالَ
اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَإِذْ
تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ
كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ وَفِي أيَةٍ أَخَرَ وَقَلِيْلٌ مِنْ
عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Alhamdulillah,
di siang yang mulia ini kita bisa bertatap muka lagi dalam kondisi yang
sehat. Khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri dan hadirin
sekalian, agar selalu memupuk ketakwaan kita. Sebagai bentuk rasa syukur
atas nikmat keimanan yang Allah berikan. Dan menjauhkan diri dari
apa-apa yang dilarang-Nya.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah
Rasa
syukur kita yang paling besar atas nikmat Allah adalah nikmat berupa
iman dan terjaga dari melakukan maksiat. Bersyukur kepada Allah
menjadikan kita orang beriman, menghindarkan kita dari maksiat terbesar
berupa kekafiran, kesyirikan, bid’ah dan macam maksiat lainnya. Belum
lagi kenikmatan indrawi yang menjadi patokan umum dari kita, seperti
nikmat hidup tenang, kecukupan harta, kedamaian keluarga dan sebagainya.
Kita tidak mampu menghitung semua nikmat itu.
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.”
Rasa
syukur harus kita implementasikan dalam rupa tindakan nyata. Karena
dengan demikian, kita seperti tengah mengikat semua nikmat tersebut agar
tidak lepas lebih-lebih bisa bertambah. Syukur adalah pengagungan kita
kepada Sang Pemberi nikmat dengan tidak berani-berani kepada-Nya dan
mengkufuri nikmat-Nya.
Menurut
Imam Al-Ghazali, paling tidak dari ungkapan syukur itu, kita tidak
menjadikan anugerah nikmat tersebut sebagai alat untuk bermaksiat.
Itulah standar syukur yang paling rendah versi beliau. Tidak menggunakan
nikmat yang ada menjadi tunggangan dan tameng untuk bermaksiat.
Hadirin rahimakumullah
Di
dunia ini selalu mempunya sisi lain yang berseberangan, ada hitam ada
putih, ada gelap ada terang, begitu seterusnya. Seperti kata pepatah,
roda selalu berputar. Yang di atas akan merasakan juga bagaimana berada
di bawah. Begitulah pola kehidupan. Ujian, kesulitan dan musibah yang
kita hadapi, sejatinya mengandung hikmah yang sangat besar jika kita
mampu menghadapi dengan sabar.
Dari
sini kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa ketika nikmat yang diberikan
Allah begitu banyak, kita selayaknya harus selalu mensyukurinya.
Bagaimana cara bersyukur? Yakni dengan mentaati-Nya, menghindarkan diri
dari semua yang dilarang, atau setidaknya, seperti yang diungkapkan Imam
al-Ghazali, kita tidak memanfaatkan fasilitas kenikmatan tersebut
sebagai alat untuk mendurhakai Allah swt.
Dan
saat musibah hidup melanda pun, kita bisa pula mendapatkan nilai pahala
dengan bersabar menghadapinya. Bisakah kita tetap bersyukur saat
musibah mendera? Sebagian ulama berpandangan, bahwa syukur hanya bisa
diaplikasikan pada suatu kenikmatan, tidak sebaliknya yakni musibah dan
ketidak-nyamanan hidup. Sebab dalam konteks tersebut, tugas seorang
hamba adalah sabar, bukan syukur.
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah
Sebagian
lain mengatakan, tidak ada suatu musibah kecuali selalu dibarengi
dengan kenikmatan. Dari sisi mana kenikmatan tersebut? Yaitu kenikmatan
seperti yang diungkapkan Abdullah bin Umar;
“Aku
tidak pernah diuji dengan suatu musibah kecuali Allah memberiku empat
kenikmatan sekaligus di dalamnya. Nikmat pertama, ternyata musibah
tersebut tidak menimpa terhadap agama dan keyakinanku. Kedua Ternyata
musibah tersebut tidaklah lebih besar (sebab masih ada musibah yang
lebih berat). Ketiga, aku tidak terhalangi untuk mendapatkan ridla Allah
karena musibah yang datang itu. Terakhir, aku bisa mendapatkan pahala
darinya dengan cara bersabar.”
Sebagian
menambahkan, kenikmatan yang lain ketika diterpa musibah, yakni
ternyata musibah tersebut tidaklah lama, dia pasti berlalu. Lalu antara
syukur dan sabar mana yang lebih utama dari keduanya? Ulama berbeda
pandang. Sebagian mengatakan syukur lebih utama, sebab banyak pujian
Allah kepada utusan-Nya yang mampu bersyukur, seperti pujian-Nya kepada
Nabi Nuh As. Dalam sebuah ayat;
ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوْحٍۗ اِنَّهٗ كَانَ عَبْدًا شَكُوْرًا
“(Wahai) keturunan orang yang Kami bawa bersama Nuh. Sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.”
Namun,
menurut Imam al-Ghazali, antara syukur dan sabar mempunyai keterikatan
satu dengan yang lain. Keduanya adalah satu kesatuan. Sejatinya, orang
yang bersyukur juga tengah bersabar, begitu pun sebaliknya. Orang yang
mampu untuk sabar, sejatinya ia tengah bersyukur.
Sebab,
ketika seseorang bisa bersyukur padahal kehidupan di dunia yang penuh
dengan ujian, berarti dia juga termasuk golongan orang yang bersabar
dari mengkufuri nikmat. Bersabar tidak menggunakan nikmat itu sebagai
alat bermaksiat. Mampu menahan diri dan bersabar untuk tidak berbuat
durhaka yang menyebakan Sang Pemberi Nikmat murka
Sedangkan
orang yang memiliki sifat sabar sejatinya juga tengah bersyukur, ia
bersyukur kepada Allah karena mendapatkan kekuatan untuk mampu bersabar
menghadapi ujian dan musibah. Mampu untuk tidak berkeluh kesah. Semua
itu sudah pasti harus di syukuri.
Sehingga
antara syukur dan sabar adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Keduanya, setiap waktu bisa kita lakukan. Semoga bimbingan-Nya selalu
menyertai di setiap lika-liku kehidupan kita. Seperti apa pun
kondisinya. Amiin.
أَعُوْذُ
بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ
لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ
وَتَوَا صَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر.
بَارَكَ
اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْأنِ اْلعَظِيْم، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ
بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْم، وَتَقَبَّلْ مِنِّي
وَمِنْكُم تِلاَوَتَهُ ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ،
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى،
وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا.
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا
بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ
أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى
نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،
اَللّٰهُمَّ
صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،
اللهم
ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ
وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ
وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا
خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ
اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي
الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ،
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Disadur dari Edukasi Santri
Khutbah Jumat ini
mengingatkan kepada jamaah bahwa Allah telah memberikan nikmat dan
rezeki kepada seluruh makhluk-Nya di dunia termasuk manusia. Rezeki yang
diberikan Allah tak bisa dihitung satu persatu dan bukan hanya
didapatkan dari bekerja saja. Namun Allah memberikan rezeki kepada
manusia di dunia melalui banyak cara dan jalan yang telah disebutkan
dalam Al-Qur’an.
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul “Khutbah Jumat: Cara-cara Allah
Memberikan Rezeki pada Manusia”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat
ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel
ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ
الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ
اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ
إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ
الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ.
اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ
اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Pada kesempatan yang mulia ini, tidak bosan-bosannya khatib berpesan
kepada seluruh jamaah wabil khusus kepada diri khatib pribadi untuk
senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kepada Allah swt. upaya
ini diwujudkan dengan senantiasa menjalankan perintah Allah dan
menjauhi segala yang dilarang oleh Allah swt.
Baca Juga
Khutbah Jumat: Pemimpin Amanah yang Diharapkan Allah dan Rasulullah
Pada kesempatan ini juga, khatib mengajak kepada jamaah untuk senantiasa
bersyukur kepada Allah swt yang telah banyak menganugerahkan nikmat dan
rezeki dalam kehidupan kita di dunia. Segala nikmat yang dianugerahkan
ini tak mungkin bisa kita hitung satu persatu. Hal ini telah ditegaskan
dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 18:
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ
لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: “Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan
mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Kita perlu sadar sesadar-sadarnya bahwa di dunia ini kita diwajibkan
berusaha untuk mendapatkan rezeki dari Allah swt. Namun kita juga harus
sadar bahwa jumlah rezeki yang kita terima dari usaha yang telah kita
lakukan adalah semata-mata ditentukan oleh Allah swt. Karena rezeki di
dunia itu bukanlah matematika yang 1+1 =2. Namun terkait rezeki,
adakalanya kita alami 1+1=0 atau bisa 1+1=11. Semua adalah kehendak
Allah swt dalam memberikan rezeki kepada manusia baik dari jumlahnya
maupun jalan atau cara Allah memberikannya.
Baca Juga
Khutbah Jumat: Merenungi Makna dan Hikmah Hijrah
Dari hal ini kita harus menyadari pula bahwa rezeki tidak hanya kita
dapatkan dari bekerja atau berusaha saja. Allah memberikan rezeki kepada
kita melalui banyak cara yang semuanya sudah diingatkan dan disebutkan
dalam Al-Qur’an. Berikut ini khatib sampaikan ayat Al-Qur’an yang
menyebutkan jenis cara atau jalan Allah memberikan rezekinya kepada
manusia.
Pertama, rezeki yang memang telah dijamin dan ditentukan oleh Allah swt.
Rezeki ini disebutkan dalam Surat Hud ayat 6:
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا
وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ
مُّبِيْنٍ
Artinya: “Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan
dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan
tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata
(Lauhulmahfuz)."
Kedua, rezeki yang diberikan dan disebabkan karena kita bekerja atau
berusaha. Hal ini disebutkan dalam Surat An-Najm ayat 39:
وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ
Artinya: “bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,”
Ketiga, rezeki yang dianugerahkan Allah kepada kita karena kita
bersyukur. Hal ini disebutkan dalam Surat Ibrahim ayat 7:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ
وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat
keras.”
Keempat, rezeki yang kita dapat dari arah yang tidak terduga-duga. Hal
ini disebutkan dalam Surat At-Thalaq ayat 2-3:
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ
حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ
ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ
قَدْرًا
Artinya: “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan
jalan keluar baginya. Dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah
yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan
urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap
sesuatu."
Kelima, rezeki yang dianugerahkan Allah kepada kita karena kita memohon
ampun kepada-Nya. Hal ini disebutkan dalam Surat Nuh ayat 10-11:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ يُّرْسِلِ
السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ
Artinya: “Lalu, aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. (Jika kamu memohon ampun,)
niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,”
Keenam, rezeki yang didapat dari pernikahan. Hal ini disebutkan dalam
Surat An-Nur ayat 32:
وَاَنْكِحُوا الْاَيَامٰى مِنْكُمْ وَالصّٰلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ
وَاِمَاۤىِٕكُمْۗ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَاۤءَ يُغْنِهِمُ اللّٰهُ مِنْ
فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: “Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu
dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu,
baik laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi
kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha Luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Ketujuh, rezeki yang didapat dari anak-anak kita. Rezeki ini disebutkan
dalam Surat Al-Isra ayat 31:
وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ
وَاِيَّاكُمْۗ اِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْـًٔا كَبِيْرًا
Artinya: “Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin.
Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan (juga) kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka itu adalah suatu dosa yang besar.”
Kedelapan, rezeki yang kita dapatkan karena bersedekah. Sebagaimana
disebutkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 261:
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ
مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ
وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan
Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih)
yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji.
Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha
Luas lagi Maha Mengetahui.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Firman-firman Allah tentang jenis, cara, atau jalan rezeki yang
diberikan Allah swt ini sudah seharusnya menambah keimanan kita
kepada-Nya dan meningkatkan sikap tawakal kita dalam kehidupan. Jangan
sampai kita terobsesi dengan bekerja tanpa kenal waktu sehingga
melupakan tugas utama kita di dunia ini yakni beribadah kepada-Nya.
Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
Dalam bekerja, kita juga harus tanamkan niat sebagai bentuk ibadah
kepada Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai bekal beribadah
kepada-Nya. Jika hal ini bisa kita tanamkan dalam diri kita, maka
Insyaallah, Allah akan terus mengalirkan rezeki yang maksimal dari sisi
kuantitas dan kualitas. Kita harus tetap bekerja untuk kehidupan dunia,
namun kita juga harus menyadari bahwa kehidupan ini akan berakhir dan
kita akan kembali kepada-Nya. Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Umar,
rasulullah bersabda:
اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَداً وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ
كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَداً
Artinya, “Bekerjalah untuk duniamu seolah akan hidup selamanya, dan
bekerjalah untuk akhiratmu seolah engkau akan mati esok hari.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Semoga kita senantiasa menjadi hamba-hamba yang terus mengalir rezekinya
dan mendapatkan keberkahan dan ridho Allah swt dalam kehidupan di dunia
dan akhirat. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ،
وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ
بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ
رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا
اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ
وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ
يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ
مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ
الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ
مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ
وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ
وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ
وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ
الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ
H Muhammad Faizin, Sekretaris MUI Provinsi Lampung.
Editor: Muhammad Aiz Luthfi
Penulis: Muhammad Faizin
Sumber:
https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-cara-cara-allah-memberikan-rezeki-pada-manusia-kRppx___
Download NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap!
https://nu.or.id/superapp (Android/iOS)
Khutbah Jumat ini
mengingatkan kepada jamaah bahwa Allah telah memberikan nikmat dan
rezeki kepada seluruh makhluk-Nya di dunia termasuk manusia. Rezeki yang
diberikan Allah tak bisa dihitung satu persatu dan bukan hanya
didapatkan dari bekerja saja. Namun Allah memberikan rezeki kepada
manusia di dunia melalui banyak cara dan jalan yang telah disebutkan
dalam Al-Qur’an.
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul “Khutbah Jumat: Cara-cara Allah
Memberikan Rezeki pada Manusia”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat
ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel
ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ
الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ
اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ
إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ
الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ.
اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ
اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Pada kesempatan yang mulia ini, tidak bosan-bosannya khatib berpesan
kepada seluruh jamaah wabil khusus kepada diri khatib pribadi untuk
senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kepada Allah swt. upaya
ini diwujudkan dengan senantiasa menjalankan perintah Allah dan
menjauhi segala yang dilarang oleh Allah swt.
Baca Juga
Khutbah Jumat: Pemimpin Amanah yang Diharapkan Allah dan Rasulullah
Pada kesempatan ini juga, khatib mengajak kepada jamaah untuk senantiasa
bersyukur kepada Allah swt yang telah banyak menganugerahkan nikmat dan
rezeki dalam kehidupan kita di dunia. Segala nikmat yang dianugerahkan
ini tak mungkin bisa kita hitung satu persatu. Hal ini telah ditegaskan
dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 18:
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ
لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: “Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan
mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Kita perlu sadar sesadar-sadarnya bahwa di dunia ini kita diwajibkan
berusaha untuk mendapatkan rezeki dari Allah swt. Namun kita juga harus
sadar bahwa jumlah rezeki yang kita terima dari usaha yang telah kita
lakukan adalah semata-mata ditentukan oleh Allah swt. Karena rezeki di
dunia itu bukanlah matematika yang 1+1 =2. Namun terkait rezeki,
adakalanya kita alami 1+1=0 atau bisa 1+1=11. Semua adalah kehendak
Allah swt dalam memberikan rezeki kepada manusia baik dari jumlahnya
maupun jalan atau cara Allah memberikannya.
Baca Juga
Khutbah Jumat: Merenungi Makna dan Hikmah Hijrah
Dari hal ini kita harus menyadari pula bahwa rezeki tidak hanya kita
dapatkan dari bekerja atau berusaha saja. Allah memberikan rezeki kepada
kita melalui banyak cara yang semuanya sudah diingatkan dan disebutkan
dalam Al-Qur’an. Berikut ini khatib sampaikan ayat Al-Qur’an yang
menyebutkan jenis cara atau jalan Allah memberikan rezekinya kepada
manusia.
Pertama, rezeki yang memang telah dijamin dan ditentukan oleh Allah swt.
Rezeki ini disebutkan dalam Surat Hud ayat 6:
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا
وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ
مُّبِيْنٍ
Artinya: “Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan
dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan
tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata
(Lauhulmahfuz)."
Kedua, rezeki yang diberikan dan disebabkan karena kita bekerja atau
berusaha. Hal ini disebutkan dalam Surat An-Najm ayat 39:
وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ
Artinya: “bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,”
Ketiga, rezeki yang dianugerahkan Allah kepada kita karena kita
bersyukur. Hal ini disebutkan dalam Surat Ibrahim ayat 7:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ
وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat
keras.”
Keempat, rezeki yang kita dapat dari arah yang tidak terduga-duga. Hal
ini disebutkan dalam Surat At-Thalaq ayat 2-3:
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ
حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ
ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ
قَدْرًا
Artinya: “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan
jalan keluar baginya. Dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah
yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan
urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap
sesuatu."
Kelima, rezeki yang dianugerahkan Allah kepada kita karena kita memohon
ampun kepada-Nya. Hal ini disebutkan dalam Surat Nuh ayat 10-11:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ يُّرْسِلِ
السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ
Artinya: “Lalu, aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. (Jika kamu memohon ampun,)
niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,”
Keenam, rezeki yang didapat dari pernikahan. Hal ini disebutkan dalam
Surat An-Nur ayat 32:
وَاَنْكِحُوا الْاَيَامٰى مِنْكُمْ وَالصّٰلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ
وَاِمَاۤىِٕكُمْۗ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَاۤءَ يُغْنِهِمُ اللّٰهُ مِنْ
فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: “Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu
dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu,
baik laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi
kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha Luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Ketujuh, rezeki yang didapat dari anak-anak kita. Rezeki ini disebutkan
dalam Surat Al-Isra ayat 31:
وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ
وَاِيَّاكُمْۗ اِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْـًٔا كَبِيْرًا
Artinya: “Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin.
Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan (juga) kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka itu adalah suatu dosa yang besar.”
Kedelapan, rezeki yang kita dapatkan karena bersedekah. Sebagaimana
disebutkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 261:
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ
مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ
وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan
Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih)
yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji.
Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha
Luas lagi Maha Mengetahui.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Firman-firman Allah tentang jenis, cara, atau jalan rezeki yang
diberikan Allah swt ini sudah seharusnya menambah keimanan kita
kepada-Nya dan meningkatkan sikap tawakal kita dalam kehidupan. Jangan
sampai kita terobsesi dengan bekerja tanpa kenal waktu sehingga
melupakan tugas utama kita di dunia ini yakni beribadah kepada-Nya.
Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
Dalam bekerja, kita juga harus tanamkan niat sebagai bentuk ibadah
kepada Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai bekal beribadah
kepada-Nya. Jika hal ini bisa kita tanamkan dalam diri kita, maka
Insyaallah, Allah akan terus mengalirkan rezeki yang maksimal dari sisi
kuantitas dan kualitas. Kita harus tetap bekerja untuk kehidupan dunia,
namun kita juga harus menyadari bahwa kehidupan ini akan berakhir dan
kita akan kembali kepada-Nya. Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Umar,
rasulullah bersabda:
اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَداً وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ
كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَداً
Artinya, “Bekerjalah untuk duniamu seolah akan hidup selamanya, dan
bekerjalah untuk akhiratmu seolah engkau akan mati esok hari.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Semoga kita senantiasa menjadi hamba-hamba yang terus mengalir rezekinya
dan mendapatkan keberkahan dan ridho Allah swt dalam kehidupan di dunia
dan akhirat. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ،
وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ
بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ
رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا
اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ
وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ
يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ
مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ
الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ
مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ
وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ
وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ
وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ
الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ
H Muhammad Faizin, Sekretaris MUI Provinsi Lampung.
Editor: Muhammad Aiz Luthfi
Penulis: Muhammad Faizin
Sumber:
https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-cara-cara-allah-memberikan-rezeki-pada-manusia-kRppx___
Download NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap!
https://nu.or.id/superapp (Android/iOS)
Khutbah Jumat ini
mengingatkan kepada jamaah bahwa Allah telah memberikan nikmat dan
rezeki kepada seluruh makhluk-Nya di dunia termasuk manusia. Rezeki yang
diberikan Allah tak bisa dihitung satu persatu dan bukan hanya
didapatkan dari bekerja saja. Namun Allah memberikan rezeki kepada
manusia di dunia melalui banyak cara dan jalan yang telah disebutkan
dalam Al-Qur’an.
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul “Khutbah Jumat: Cara-cara Allah
Memberikan Rezeki pada Manusia”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat
ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel
ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ
الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ
اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ
إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ
الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ.
اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ
اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Pada kesempatan yang mulia ini, tidak bosan-bosannya khatib berpesan
kepada seluruh jamaah wabil khusus kepada diri khatib pribadi untuk
senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kepada Allah swt. upaya
ini diwujudkan dengan senantiasa menjalankan perintah Allah dan
menjauhi segala yang dilarang oleh Allah swt.
Baca Juga
Khutbah Jumat: Pemimpin Amanah yang Diharapkan Allah dan Rasulullah
Pada kesempatan ini juga, khatib mengajak kepada jamaah untuk senantiasa
bersyukur kepada Allah swt yang telah banyak menganugerahkan nikmat dan
rezeki dalam kehidupan kita di dunia. Segala nikmat yang dianugerahkan
ini tak mungkin bisa kita hitung satu persatu. Hal ini telah ditegaskan
dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 18:
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ
لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: “Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan
mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Kita perlu sadar sesadar-sadarnya bahwa di dunia ini kita diwajibkan
berusaha untuk mendapatkan rezeki dari Allah swt. Namun kita juga harus
sadar bahwa jumlah rezeki yang kita terima dari usaha yang telah kita
lakukan adalah semata-mata ditentukan oleh Allah swt. Karena rezeki di
dunia itu bukanlah matematika yang 1+1 =2. Namun terkait rezeki,
adakalanya kita alami 1+1=0 atau bisa 1+1=11. Semua adalah kehendak
Allah swt dalam memberikan rezeki kepada manusia baik dari jumlahnya
maupun jalan atau cara Allah memberikannya.
Baca Juga
Khutbah Jumat: Merenungi Makna dan Hikmah Hijrah
Dari hal ini kita harus menyadari pula bahwa rezeki tidak hanya kita
dapatkan dari bekerja atau berusaha saja. Allah memberikan rezeki kepada
kita melalui banyak cara yang semuanya sudah diingatkan dan disebutkan
dalam Al-Qur’an. Berikut ini khatib sampaikan ayat Al-Qur’an yang
menyebutkan jenis cara atau jalan Allah memberikan rezekinya kepada
manusia.
Pertama, rezeki yang memang telah dijamin dan ditentukan oleh Allah swt.
Rezeki ini disebutkan dalam Surat Hud ayat 6:
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا
وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ
مُّبِيْنٍ
Artinya: “Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan
dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan
tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata
(Lauhulmahfuz)."
Kedua, rezeki yang diberikan dan disebabkan karena kita bekerja atau
berusaha. Hal ini disebutkan dalam Surat An-Najm ayat 39:
وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ
Artinya: “bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,”
Ketiga, rezeki yang dianugerahkan Allah kepada kita karena kita
bersyukur. Hal ini disebutkan dalam Surat Ibrahim ayat 7:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ
وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat
keras.”
Keempat, rezeki yang kita dapat dari arah yang tidak terduga-duga. Hal
ini disebutkan dalam Surat At-Thalaq ayat 2-3:
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ
حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ
ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ
قَدْرًا
Artinya: “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan
jalan keluar baginya. Dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah
yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan
urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap
sesuatu."
Kelima, rezeki yang dianugerahkan Allah kepada kita karena kita memohon
ampun kepada-Nya. Hal ini disebutkan dalam Surat Nuh ayat 10-11:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ يُّرْسِلِ
السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ
Artinya: “Lalu, aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. (Jika kamu memohon ampun,)
niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,”
Keenam, rezeki yang didapat dari pernikahan. Hal ini disebutkan dalam
Surat An-Nur ayat 32:
وَاَنْكِحُوا الْاَيَامٰى مِنْكُمْ وَالصّٰلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ
وَاِمَاۤىِٕكُمْۗ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَاۤءَ يُغْنِهِمُ اللّٰهُ مِنْ
فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: “Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu
dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu,
baik laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi
kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha Luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Ketujuh, rezeki yang didapat dari anak-anak kita. Rezeki ini disebutkan
dalam Surat Al-Isra ayat 31:
وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ
وَاِيَّاكُمْۗ اِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْـًٔا كَبِيْرًا
Artinya: “Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin.
Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan (juga) kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka itu adalah suatu dosa yang besar.”
Kedelapan, rezeki yang kita dapatkan karena bersedekah. Sebagaimana
disebutkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 261:
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ
مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ
وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan
Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih)
yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji.
Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha
Luas lagi Maha Mengetahui.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Firman-firman Allah tentang jenis, cara, atau jalan rezeki yang
diberikan Allah swt ini sudah seharusnya menambah keimanan kita
kepada-Nya dan meningkatkan sikap tawakal kita dalam kehidupan. Jangan
sampai kita terobsesi dengan bekerja tanpa kenal waktu sehingga
melupakan tugas utama kita di dunia ini yakni beribadah kepada-Nya.
Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
Dalam bekerja, kita juga harus tanamkan niat sebagai bentuk ibadah
kepada Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai bekal beribadah
kepada-Nya. Jika hal ini bisa kita tanamkan dalam diri kita, maka
Insyaallah, Allah akan terus mengalirkan rezeki yang maksimal dari sisi
kuantitas dan kualitas. Kita harus tetap bekerja untuk kehidupan dunia,
namun kita juga harus menyadari bahwa kehidupan ini akan berakhir dan
kita akan kembali kepada-Nya. Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Umar,
rasulullah bersabda:
اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَداً وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ
كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَداً
Artinya, “Bekerjalah untuk duniamu seolah akan hidup selamanya, dan
bekerjalah untuk akhiratmu seolah engkau akan mati esok hari.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Semoga kita senantiasa menjadi hamba-hamba yang terus mengalir rezekinya
dan mendapatkan keberkahan dan ridho Allah swt dalam kehidupan di dunia
dan akhirat. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ،
وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ
بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ
رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا
اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ
وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ
يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ
مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ
الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ
مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ
وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ
وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ
وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ
الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ
H Muhammad Faizin, Sekretaris MUI Provinsi Lampung.
Editor: Muhammad Aiz Luthfi
Penulis: Muhammad Faizin
Sumber:
https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-cara-cara-allah-memberikan-rezeki-pada-manusia-kRppx___
Download NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap!
https://nu.or.id/superapp (Android/iOS)
Khutbah Jumat ini
mengingatkan kepada jamaah bahwa Allah telah memberikan nikmat dan
rezeki kepada seluruh makhluk-Nya di dunia termasuk manusia. Rezeki yang
diberikan Allah tak bisa dihitung satu persatu dan bukan hanya
didapatkan dari bekerja saja. Namun Allah memberikan rezeki kepada
manusia di dunia melalui banyak cara dan jalan yang telah disebutkan
dalam Al-Qur’an.
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul “Khutbah Jumat: Cara-cara Allah
Memberikan Rezeki pada Manusia”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat
ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel
ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ
الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ
اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ
إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ
الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ.
اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ
اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Pada kesempatan yang mulia ini, tidak bosan-bosannya khatib berpesan
kepada seluruh jamaah wabil khusus kepada diri khatib pribadi untuk
senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kepada Allah swt. upaya
ini diwujudkan dengan senantiasa menjalankan perintah Allah dan
menjauhi segala yang dilarang oleh Allah swt.
Baca Juga
Khutbah Jumat: Pemimpin Amanah yang Diharapkan Allah dan Rasulullah
Pada kesempatan ini juga, khatib mengajak kepada jamaah untuk senantiasa
bersyukur kepada Allah swt yang telah banyak menganugerahkan nikmat dan
rezeki dalam kehidupan kita di dunia. Segala nikmat yang dianugerahkan
ini tak mungkin bisa kita hitung satu persatu. Hal ini telah ditegaskan
dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 18:
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ
لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: “Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan
mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Kita perlu sadar sesadar-sadarnya bahwa di dunia ini kita diwajibkan
berusaha untuk mendapatkan rezeki dari Allah swt. Namun kita juga harus
sadar bahwa jumlah rezeki yang kita terima dari usaha yang telah kita
lakukan adalah semata-mata ditentukan oleh Allah swt. Karena rezeki di
dunia itu bukanlah matematika yang 1+1 =2. Namun terkait rezeki,
adakalanya kita alami 1+1=0 atau bisa 1+1=11. Semua adalah kehendak
Allah swt dalam memberikan rezeki kepada manusia baik dari jumlahnya
maupun jalan atau cara Allah memberikannya.
Baca Juga
Khutbah Jumat: Merenungi Makna dan Hikmah Hijrah
Dari hal ini kita harus menyadari pula bahwa rezeki tidak hanya kita
dapatkan dari bekerja atau berusaha saja. Allah memberikan rezeki kepada
kita melalui banyak cara yang semuanya sudah diingatkan dan disebutkan
dalam Al-Qur’an. Berikut ini khatib sampaikan ayat Al-Qur’an yang
menyebutkan jenis cara atau jalan Allah memberikan rezekinya kepada
manusia.
Pertama, rezeki yang memang telah dijamin dan ditentukan oleh Allah swt.
Rezeki ini disebutkan dalam Surat Hud ayat 6:
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا
وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ
مُّبِيْنٍ
Artinya: “Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan
dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan
tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata
(Lauhulmahfuz)."
Kedua, rezeki yang diberikan dan disebabkan karena kita bekerja atau
berusaha. Hal ini disebutkan dalam Surat An-Najm ayat 39:
وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ
Artinya: “bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,”
Ketiga, rezeki yang dianugerahkan Allah kepada kita karena kita
bersyukur. Hal ini disebutkan dalam Surat Ibrahim ayat 7:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ
وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat
keras.”
Keempat, rezeki yang kita dapat dari arah yang tidak terduga-duga. Hal
ini disebutkan dalam Surat At-Thalaq ayat 2-3:
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ
حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ
ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ
قَدْرًا
Artinya: “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan
jalan keluar baginya. Dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah
yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan
urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap
sesuatu."
Kelima, rezeki yang dianugerahkan Allah kepada kita karena kita memohon
ampun kepada-Nya. Hal ini disebutkan dalam Surat Nuh ayat 10-11:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ يُّرْسِلِ
السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ
Artinya: “Lalu, aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. (Jika kamu memohon ampun,)
niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,”
Keenam, rezeki yang didapat dari pernikahan. Hal ini disebutkan dalam
Surat An-Nur ayat 32:
وَاَنْكِحُوا الْاَيَامٰى مِنْكُمْ وَالصّٰلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ
وَاِمَاۤىِٕكُمْۗ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَاۤءَ يُغْنِهِمُ اللّٰهُ مِنْ
فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: “Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu
dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu,
baik laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi
kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha Luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Ketujuh, rezeki yang didapat dari anak-anak kita. Rezeki ini disebutkan
dalam Surat Al-Isra ayat 31:
وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ
وَاِيَّاكُمْۗ اِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْـًٔا كَبِيْرًا
Artinya: “Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin.
Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan (juga) kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka itu adalah suatu dosa yang besar.”
Kedelapan, rezeki yang kita dapatkan karena bersedekah. Sebagaimana
disebutkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 261:
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ
مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ
وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan
Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih)
yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji.
Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha
Luas lagi Maha Mengetahui.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Firman-firman Allah tentang jenis, cara, atau jalan rezeki yang
diberikan Allah swt ini sudah seharusnya menambah keimanan kita
kepada-Nya dan meningkatkan sikap tawakal kita dalam kehidupan. Jangan
sampai kita terobsesi dengan bekerja tanpa kenal waktu sehingga
melupakan tugas utama kita di dunia ini yakni beribadah kepada-Nya.
Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
Dalam bekerja, kita juga harus tanamkan niat sebagai bentuk ibadah
kepada Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai bekal beribadah
kepada-Nya. Jika hal ini bisa kita tanamkan dalam diri kita, maka
Insyaallah, Allah akan terus mengalirkan rezeki yang maksimal dari sisi
kuantitas dan kualitas. Kita harus tetap bekerja untuk kehidupan dunia,
namun kita juga harus menyadari bahwa kehidupan ini akan berakhir dan
kita akan kembali kepada-Nya. Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Umar,
rasulullah bersabda:
اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَداً وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ
كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَداً
Artinya, “Bekerjalah untuk duniamu seolah akan hidup selamanya, dan
bekerjalah untuk akhiratmu seolah engkau akan mati esok hari.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Semoga kita senantiasa menjadi hamba-hamba yang terus mengalir rezekinya
dan mendapatkan keberkahan dan ridho Allah swt dalam kehidupan di dunia
dan akhirat. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ،
وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ
بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ
رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا
اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ
وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ
يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ
مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ
الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ
مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ
وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ
وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ
وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ
الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ
H Muhammad Faizin, Sekretaris MUI Provinsi Lampung.
Editor: Muhammad Aiz Luthfi
Penulis: Muhammad Faizin
Sumber:
https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-cara-cara-allah-memberikan-rezeki-pada-manusia-kRppx___
Download NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap!
https://nu.or.id/superapp (Android/iOS)
Khutbah Jumat ini
mengingatkan kepada jamaah bahwa Allah telah memberikan nikmat dan
rezeki kepada seluruh makhluk-Nya di dunia termasuk manusia. Rezeki yang
diberikan Allah tak bisa dihitung satu persatu dan bukan hanya
didapatkan dari bekerja saja. Namun Allah memberikan rezeki kepada
manusia di dunia melalui banyak cara dan jalan yang telah disebutkan
dalam Al-Qur’an.
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul “Khutbah Jumat: Cara-cara Allah
Memberikan Rezeki pada Manusia”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat
ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel
ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ
الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ
اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ
إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ
الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ.
اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ
اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Pada kesempatan yang mulia ini, tidak bosan-bosannya khatib berpesan
kepada seluruh jamaah wabil khusus kepada diri khatib pribadi untuk
senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kepada Allah swt. upaya
ini diwujudkan dengan senantiasa menjalankan perintah Allah dan
menjauhi segala yang dilarang oleh Allah swt.
Baca Juga
Khutbah Jumat: Pemimpin Amanah yang Diharapkan Allah dan Rasulullah
Pada kesempatan ini juga, khatib mengajak kepada jamaah untuk senantiasa
bersyukur kepada Allah swt yang telah banyak menganugerahkan nikmat dan
rezeki dalam kehidupan kita di dunia. Segala nikmat yang dianugerahkan
ini tak mungkin bisa kita hitung satu persatu. Hal ini telah ditegaskan
dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 18:
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ
لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: “Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan
mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Kita perlu sadar sesadar-sadarnya bahwa di dunia ini kita diwajibkan
berusaha untuk mendapatkan rezeki dari Allah swt. Namun kita juga harus
sadar bahwa jumlah rezeki yang kita terima dari usaha yang telah kita
lakukan adalah semata-mata ditentukan oleh Allah swt. Karena rezeki di
dunia itu bukanlah matematika yang 1+1 =2. Namun terkait rezeki,
adakalanya kita alami 1+1=0 atau bisa 1+1=11. Semua adalah kehendak
Allah swt dalam memberikan rezeki kepada manusia baik dari jumlahnya
maupun jalan atau cara Allah memberikannya.
Baca Juga
Khutbah Jumat: Merenungi Makna dan Hikmah Hijrah
Dari hal ini kita harus menyadari pula bahwa rezeki tidak hanya kita
dapatkan dari bekerja atau berusaha saja. Allah memberikan rezeki kepada
kita melalui banyak cara yang semuanya sudah diingatkan dan disebutkan
dalam Al-Qur’an. Berikut ini khatib sampaikan ayat Al-Qur’an yang
menyebutkan jenis cara atau jalan Allah memberikan rezekinya kepada
manusia.
Pertama, rezeki yang memang telah dijamin dan ditentukan oleh Allah swt.
Rezeki ini disebutkan dalam Surat Hud ayat 6:
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا
وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ
مُّبِيْنٍ
Artinya: “Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan
dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan
tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata
(Lauhulmahfuz)."
Kedua, rezeki yang diberikan dan disebabkan karena kita bekerja atau
berusaha. Hal ini disebutkan dalam Surat An-Najm ayat 39:
وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ
Artinya: “bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,”
Ketiga, rezeki yang dianugerahkan Allah kepada kita karena kita
bersyukur. Hal ini disebutkan dalam Surat Ibrahim ayat 7:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ
وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat
keras.”
Keempat, rezeki yang kita dapat dari arah yang tidak terduga-duga. Hal
ini disebutkan dalam Surat At-Thalaq ayat 2-3:
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ
حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ
ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ
قَدْرًا
Artinya: “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan
jalan keluar baginya. Dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah
yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan
urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap
sesuatu."
Kelima, rezeki yang dianugerahkan Allah kepada kita karena kita memohon
ampun kepada-Nya. Hal ini disebutkan dalam Surat Nuh ayat 10-11:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ يُّرْسِلِ
السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ
Artinya: “Lalu, aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. (Jika kamu memohon ampun,)
niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,”
Keenam, rezeki yang didapat dari pernikahan. Hal ini disebutkan dalam
Surat An-Nur ayat 32:
وَاَنْكِحُوا الْاَيَامٰى مِنْكُمْ وَالصّٰلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ
وَاِمَاۤىِٕكُمْۗ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَاۤءَ يُغْنِهِمُ اللّٰهُ مِنْ
فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: “Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu
dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu,
baik laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi
kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha Luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Ketujuh, rezeki yang didapat dari anak-anak kita. Rezeki ini disebutkan
dalam Surat Al-Isra ayat 31:
وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ
وَاِيَّاكُمْۗ اِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْـًٔا كَبِيْرًا
Artinya: “Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin.
Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan (juga) kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka itu adalah suatu dosa yang besar.”
Kedelapan, rezeki yang kita dapatkan karena bersedekah. Sebagaimana
disebutkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 261:
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ
مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ
وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan
Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih)
yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji.
Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha
Luas lagi Maha Mengetahui.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Firman-firman Allah tentang jenis, cara, atau jalan rezeki yang
diberikan Allah swt ini sudah seharusnya menambah keimanan kita
kepada-Nya dan meningkatkan sikap tawakal kita dalam kehidupan. Jangan
sampai kita terobsesi dengan bekerja tanpa kenal waktu sehingga
melupakan tugas utama kita di dunia ini yakni beribadah kepada-Nya.
Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
Dalam bekerja, kita juga harus tanamkan niat sebagai bentuk ibadah
kepada Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai bekal beribadah
kepada-Nya. Jika hal ini bisa kita tanamkan dalam diri kita, maka
Insyaallah, Allah akan terus mengalirkan rezeki yang maksimal dari sisi
kuantitas dan kualitas. Kita harus tetap bekerja untuk kehidupan dunia,
namun kita juga harus menyadari bahwa kehidupan ini akan berakhir dan
kita akan kembali kepada-Nya. Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Umar,
rasulullah bersabda:
اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَداً وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ
كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَداً
Artinya, “Bekerjalah untuk duniamu seolah akan hidup selamanya, dan
bekerjalah untuk akhiratmu seolah engkau akan mati esok hari.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Semoga kita senantiasa menjadi hamba-hamba yang terus mengalir rezekinya
dan mendapatkan keberkahan dan ridho Allah swt dalam kehidupan di dunia
dan akhirat. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ،
وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ
بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ
رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا
اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ
وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ
يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ
مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ
الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ
مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ
وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ
وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ
وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ
الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ
H Muhammad Faizin, Sekretaris MUI Provinsi Lampung.
Editor: Muhammad Aiz Luthfi
Penulis: Muhammad Faizin
Sumber:
https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-cara-cara-allah-memberikan-rezeki-pada-manusia-kRppx___
Download NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap!
https://nu.or.id/superapp (Android/iOS)